Pronembuifai.com - Penyaluran kredit usaha rakyat atau KUR dinilai tidak sampai kepada petani kecil secara efektif gara-gara banyak yang tidak sanggup memenuhi ketentuan administrasi perbankan. Hal selanjutnya menjadi tidak benar satu halangan sulitnya petani kecil untuk berkembang di Indonesia.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menilai bahwa petani di Indonesia mengalami suasana sulit lumayan lama. Sayangnya, belum terkandung perbaikan yang berarti, walau Indonesia sering mendaulat diri sebagai negara agraris.
Dia bercerita dulu diundang oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution ketika masih menjabat, untuk berdiskusi soal program KUR bersama plafon Rp100 triliun. Andreas dimintai pendapat perihal efektivitas KUR bagi para petani.
Andreas memberikan bersama tegas bahwa KUR itu tidak akan sampai kepada petani kecil. Memang, banyak pelaku sektor pertanian yang akan terima KUR, tetapi mereka adalah petani off farm, bukan petani kecil yang secara segera menggarap lahannya.
"Pak Darmin bertanya ini sanggup sampai ke petani kecil enggak? Saya bilang tidak. Kurang dari 1 % petani kecil yang sanggup terhubung KUR. Lalu KUR [dinikmati] oleh siapa? Ya petani, tetapi yang off farm," ujar Andreas di dalam diskusi Polemik: Waspada Resesi Ekonomi dan Krisis Pangan, Sabtu 1 Oktober 2022.
Profesor bidang pengetahuan tanah selanjutnya menyebut bahwa para petani kecil cenderung belum memiliki rekening bank (unbankable). Penyebabnya beragam, terasa dari permintaan untuk menyimpan uangnya sendiri, jumlah uang yang terbatas, maupun gara-gara belum paham.
Andreas menyebut bahwa para petani kecil kelanjutannya banyak yang tidak sanggup terhubung KUR gara-gara tidak sanggup memenuhi beragam syarat-syarat yang ada, berlainan bersama petani skala besar. KUR sesungguhnya tersalurkan, tetapi tidak menyentuh mereka yang berada di susunan terbawah bersama optimal.
"Karena KUR itu kudu mengikuti prinsip perbankan yang tidak barangkali diikuti petani kecil," katanya.
Andreas menyayangkan suasana itu belum tertangani bersama baik. Para petani kecil kini makin lama tertekan gara-gara cost memproduksi tetap naik, tetapi harga jual pertanian tidak mengimbanginya, agar terkandung ancaman makin lama sedikit orang yang bersedia menjadi petani.
Guru Besar IPB Ungkap Penyebab Banyak Petani Kecil Tak Tersentuh KUR
Penyaluran kredit usaha rakyat atau KUR dinilai tidak sampai kepada petani kecil secara efektif gara-gara banyak yang tidak sanggup memenuhi ketentuan administrasi perbankan.
Hal selanjutnya menjadi tidak benar satu halangan sulitnya petani kecil untuk berkembang di Indonesia. Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menilai bahwa petani di Indonesia mengalami suasana sulit lumayan lama.
Sayangnya, belum terkandung perbaikan yang berarti, walau Indonesia sering mendaulat diri sebagai negara agraris. Dia bercerita dulu diundang oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution ketika masih menjabat, untuk berdiskusi soal program KUR bersama plafon Rp100 triliun. Andreas dimintai pendapat perihal efektivitas KUR bagi para petani.
Andreas memberikan bersama tegas bahwa KUR itu tidak akan sampai kepada petani kecil. Memang, banyak pelaku sektor pertanian yang akan terima KUR, tetapi mereka adalah petani off farm, bukan petani kecil yang secara segera menggarap lahannya.
"Pak Darmin bertanya ini sanggup sampai ke petani kecil enggak? Saya bilang tidak. Kurang dari 1 % petani kecil yang sanggup terhubung KUR. Lalu KUR [dinikmati] oleh siapa? Ya petani, tetapi yang off farm," kata Andreas di dalam diskusi Polemik.
Waspada Resesi Ekonomi dan Krisis Pangan, Sabtu (1/10/2022). Profesor bidang pengetahuan tanah selanjutnya menyebut bahwa para petani kecil cenderung belum memiliki rekening bank (unbankable). Penyebabnya beragam, terasa dari permintaan untuk menyimpan uangnya sendiri, jumlah uang yang terbatas, maupun gara-gara belum paham.
Andreas menyebut bahwa para petani kecil kelanjutannya banyak yang tidak sanggup terhubung KUR gara-gara tidak sanggup memenuhi beragam syarat-syarat yang ada, berlainan bersama petani skala besar.
KUR sesungguhnya tersalurkan, tetapi tidak menyentuh mereka yang berada di susunan terbawah bersama optimal. "Karena KUR itu kudu mengikuti prinsip perbankan yang tidak barangkali diikuti petani kecil," ujarnya.
Andreas menyayangkan suasana itu belum tertangani bersama baik. Para petani kecil kini makin lama tertekan gara-gara cost memproduksi tetap naik, tetapi harga jual pertanian tidak mengimbanginya, agar terkandung ancaman makin lama sedikit orang yang bersedia menjadi petani.
0 Komentar